Sebelum Malin Kundang meninggal dunia atau mati menjadi batu di Gunung
Padang, dia telah menulis dan meninggalkan beberapa catatan mengenai
fenomena yang telah terjadi di Ranah Minang kampung halamannya sendiri.
Mungkinkah fenomena ini yang menyebabkan Malin Kundang durhaka kepada ibu
kandungnya ?
Berikut isi catatan Kumal si Malin Kundang bagian II (kedua) sbb :
II. Catatan si Malin mengenai merantau Cina
Sewaktu aku akan pergi merantau, ibuku berpesan: "Malin, jangan lah kamu
merantau Cina. Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri awak, lebih
baik juga negeri awak". Aku mengangguk mengiyakan. Tapi sewaktu orang-orang
Cina sudah mulai membeli tanah pusaka kami, ibuku segera mengirim surat
kilat khusus yang isinya: "Malin, merantaulah seperti Cina !. Beli tanah
dimana saja. Tanah pusaka kita ternyata telah dikapling-kapling mereka !".
Surat kilat khusus itu dibaca istriku, Puti Manih Talonsong (sebelum menjadi
isteriku, nama kecilnya Cian Phao). Setelah surat itu dibacanya, dia
tersenyum. "Jangan tanahmu, kau sendiri kan sudah ku kapling jauh sebelum
itu"
Maaf Datuk !, kata Malin kepada mamaknya, akau terpaksa kawin dengan Puti
Manih Talonsong itu karena aku dulu jadi anak semang Baba Laweh, bapaknya
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar