Sebelum Malin Kundang meninggal dunia atau mati menjadi batu di Gunung
Padang, dia telah menulis dan meninggalkan beberapa catatan mengenai
fenomena yang telah terjadi di Ranah Minang kampung halamannya sendiri.
Mungkinkah fenomena ini yang menyebabkan Malin Kundang durhaka kepada ibu
kandungnya ?
Berikut isi catatan Kumal si Malin Kundang bagian IV (keempat) sbb :
IV. Catatan si Malin Kundang mengenai "Rumah Gadang bapaga Adat"
Aku sudah mengirimkan sejumlah uang berkali-kali sebagaimana yang diminta
mamakku Dt. Bana Tan Tapo untuk menyiapkan "rumah gadang" kaum kami.
Kemudian ibuku mengirim surat pula supaya mengirimkan uang lagi untuk
membuat pagar rumah gadang itu.
Semuanya aku penuhi. Tapi sewaktu aku pulang ke kampung melihat rumah gadang
itu, ternyata tidak ada pagar atau tanda akan diberi pagar. segera kutemui
mamakku Dt. Bana Tan Tapo untuk menanyakan kenapa pagar belum juga dibikin
sedangkan uangnya sudah dikirim lebih.
"Rumah gadang bapagar Adat" Malin !, bukan berpagar besi seperti rumah
sekarang !, jawabnya tenang. Dan uang yang telah kukirimkan digunakan buat
apa ?, kan buat bikin pagar !, kataku kesal.
Sambil menangis merangkulku dia berbisik "Kau saja sanggup beristeri sampai
lima, pada hal kau belum jadi Datuk !". Aku bingung !.
"Uangmu telah kugunakan untuk kawin lagi, gengsi kalau penghulu seperti aku
tidak punya banyak isteri, sepertinya aku tidak laku !"
Mungkin inilah sebabnya rumah gadang di Minangkabau semakin berkurang, kalau
kemanakan di rantau selalu mengirimkan uang disalah gunakan oleh mamaknya ?
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar